skip to main |
skip to sidebar
Salah satu konsentrasi pemahaman dalam mata kuliah Pengntar Ilmu Komunikasi adalah mengenai tradisi-tradisi dalam kajian Ilmu Komunikasi. Delapan tradisi bidang kajian ilmu komunikasi sebagaimana dijelaskan dalam buku Theories of Human Communicationnya Littlejohn (2001: 12-14) :
1. Tradisi Retorika
Dalam tradisi ini, komunikasi dilihat sebagai aktivitas seni. Komunikasi sebagai suatu tindakan strategis, artinya tindakan yang memerlukan perencanaan yang melibatkan logika dan emosi. Ciri lain dari tradisi ini ialah setiap kata (word) memiliki kekuatan yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bila digunakan.
2. Tradisi Fenomenologis
Komunikasi merupakan sebuah bentuk pertukaran pengalaman individu melalui proses dialog. Demikianlah tradisi ini memandang aktivitas komunikasi. Ahli psikologi, Carl Rogers mengajukan tiga faktor yang dianggap sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi dalam frame fenomenologis yaitu, kongruensi, kesetaraan penghargaan dan empati (Griffin, 2003: 32).
3. Tradisi Sibernetik
Tradisi ini melihat Komunikasi sebagai sebuah system. Bahwa komunikasi dikaji dari komponen-komponen yang saling berpengaruh.
4. Tradisi Sosiopsikologis
Poin penting dari tradisi ini antara lain adanya pengaruh pesan terhadap perilaku manusia. Bahwa sejauhmana komunikasi akan berhasil bisa diprediksi melalui hubungan sebab dan efek (cause and effect relationship).
The Yale Attitude Studies (Griffin, 2003:22) menyebutkan ada 3 penyebab terpisah dari variasi persuasi :
1. Who, sumber pesan (menyangkut keahlian dan kredibilitas).
2. What, isi pesan (topik dan argumen).
3. Whom, karakter penerima pesan (kepribadian, kognisi)
Secara sederhana, tradisi ini memandang bahwa suatu pesan tertentu yang disampaikan seseorang akan menimbulkan efek tertentu pula terhadap perilaku penerima. Gambaran dari tradisi ini tampak pada kasus-kasus penipuan atau terror lewat SMS. Banyaknya korban penipuan lewat SMS menunjukkan bahwa mereka terpengaruh dengan iming-iming hadiah besar. Dari kacamata tradisi ini tidaklah mengherankan bila terjadi kepanikan massal di sebuah mall akibat sebuah SMS yang mengatakan ada bom di mall tersebut.
5. Tradisi Sosiokultural
Klaim penting dari tradisi ini, bahwa praktek komunikasi merupakan praktek kebahasaan sebagai bagian dari struktur, masyarakat, ritual, aturan dan kebudayaan (Littlejohn, 2001:14). Dikatakan pula bahwa komunikasi merupakan perekat masyarakat.
Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf, ahli linguistik Uniersitas Chicago menyatakan hipotesisnya bahwa struktur dan kultur bahasa membentuk apa yang manusia pikirkan dan lakukan (Griffin, 2003:30). Sehingga bisa dikatakan bahwa apa, melalui saluran mana, kepada siapa kita berkomunikasi merupakan bentuk praktek kebudayaan.
6. Tradisi Kritis
Tradisi yang berakar pada tradisi pemikiran The Frankfurt School ini menempatkan praktek komunikasi sebagai bentuk pengorganisasian dari kekuasaan dan penindasan. Penguasa menjadikan media komunikasi sebagai alat kontrol sosial. Penguasa di sini tidak hanya pemerintah tetapi juga para pemilik media sebagai ‘the haves’. Wacana kritis dari tradisi ini meliputi ideologi, tumbuhnya kesadaran, emansipasi, kekuasaan dan dominasi.
7. Tradisi Etik
Sebenarnya tradisi ini hampir sama dengan sosiokultural. Yaitu tradisi yang berkaitan dengan nilai etika, baik dan buruk. Namun, di sini penekanannya lebih pada nilai kejujuran, tanggung jawab individu terhadap pesan yang disampaikan.
8. Tradisi Semiotik
Yaitu tradisi yang memfokuskan diri pada tanda, simbol serta proses pemaknaan.
Referensi
Griffin, Em. 2003. A First Look At Communication Theory. New York: McGraw-Hill.
Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories Of Human Communication.
0 comments:
Posting Komentar